about me

Assalamu'alaikum.. Nama saya Rafiq Naufal Shidiq. Saya akan memperkenalkan diri saya pada Anda... namun ini hanyalah perkenalan singkat saja dan hanya sedikit yang akan saya sampaikan pada Anda. Sekarang saya adalah anak remaja. Saya adalah Mahasiswa. 
Saya menempuh pendidikan dari TK sampai SMA di sekolah negeri, namun semua sekolah itu adalah pilihan orang tua saya. Saya pernah memilih suatu sekolah yang saya sukai namun akhirnya saya sekolah di sekolah pilihan orang tua saya, itulah pendidikan saya. Awalnya begini, saat TK sampai SD saya belum begitu kenal dengan yang namanya sekolah. Saya tidak begitu peduli dengan sekolah saya, dimana pun bukan masalah saya. Saya sekolah di SDN Ciluluk 2, Saat SD, alhamdulillah saya bisa mendapatkan ranking 1 sampai tamat SD, meskipun saya sangat jarang belajar, namun begitulah, itu karena saingannya tidak terlalu berat. Sampai waktunya perpisahan saya mendapat nilai UN tertinggi di SD. Saat pemilihan SMP orang tua saya menyarankan untuk pesantren, namun saya tidak mau karena saya belum begitu kenal dengan yan namanya pesantren dan karena jauh dari orang tua saya lebih tidak mau, dan saya ingin sekolah di SMP favorit, namun akhirnya saya disekolahkan di SMP yang paling dekat. Itulah pilihan orang tua saya, yaitu yang paling dekat, SMPN 2 Tanjungsari.
Alhamdulillah juga saya tetap rankingnya, di kelas tidak ada perubahan, namun saya mendapatkan juara umum yang tidak stabil. Mungkin itu karena saya sangat malas belajar, bahkan waktu belajar saya kurang dari 30 menit. Sampai saya lulu SMP, saya ingin melanjutkan ke SMK jurusan RPL, namun orang tua saya memasukkan saya ke SMAN Tanjungsari, yaitu SMA Negeri terdekat. Akhirnya saya pun sekolah di sini. Dan ini awal saya termotivasi belajar. Disini saya bertemu teman baru dari SMP-SMP yang sepertinya lebih unggul bahkan berbagai juara umum SMP lain ada di sekolah ini. Saya pun mulai belajar walaupun dimulai dengan terpaksa dan saya ingin mempertahankan prestasi saya atau lebih tepatnya memulai prestasi. Saat kelas X saya ranking 1 dan mendapat juara umum 1, saya pun disuruh memilih 3 studi untuk persiapan OSN kelas XI. Saya pilih Matematika, Kimia, dan Astronomi. Namun, suatu hal telah terjadi, saya disuruh langsung oleh guru Geografi mengikuti OSN Geosains/Kebumian saat kelas X ini. Itu karena aya mendapatkan nilai UAS tertinggi yaitu 100. Awalnya saya tidak tertarik dan saat seleksi (2 orang) saya dan seseorang, saya tidak belajar dulu sehingga saya kalah seleksi. Namun setelah ada pengumuman jumlah peserta OSN 3 orang, dan saya terpilih. Dan setelah melewati 2 tahap OSN tingkat kabupaten saya mendapat peringkat ke 1 dan lolos ke Jawa Barat, namun hanya saya sendiri yang lolos dari sekolah saya, padahal saya ingin semuanya lolos. Dan saya gugur di OSN tingkat Provinsi.
Setahun berikutnya, saat kelas 2 saya diikutsertakan sebagai peserta OSN lagi, kali ini OSN Kimia. Sebenarnya saya sedikit kecewa, karena ini dipilih langsung bukan berdasarkan keinginan ataupun pilihan saya, saya pun telah melakukan persiapan untuk mengikuti OSN Fisika selama satu semester, tapi akhirnya dijadikan peserta OSN Kimia, aneh kan? Saya pun sempat berbicara ke guru pembimbing OSN Kebumian untuk ikut lagi dengan harapan bisa lolos ke tingkat yang lebih tinggi. Tapi tetap tidak diizinkan sekolah walaupun guru pembimbing itu telah mengizinkanya. Namun, berkat-Nya saya mendapat peringkat ke 1 lagi, saya lolos ke tingkat provinsi, dan berakhir disana.
Ketika saya berada di semester akhir SMA. Saya sedang bersiap-siap untuk masuk ke PTN favorit saya. Dulu saya punya masalah dengan pemilihan universitas atau sejenisnya. Dulu saya menjadi sangat ingin pesantren, kira-kira ketika kelas XI saya memikirkan ini. Saya ingin melanjutkan kuliah ke Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir atau Ummu Qura di Madinah. Saya ingin mempelajari Al-Qur'an. Namun karena saya sekolah di SMA, itu hal yang sulit untuk terjadi karena tidak ada pelajaran bahasa Arab, pendidikan Agama pun hanya sedikit, hanya seminggu sekali. Saya jadi bingung. Namun untuk saat ini, saya memilih STEI ITB, antara jurusan teknik elektro dan informatika. Sebenarnya ini juga pilihan orang tua saya, tapi saya juga sangat ingin, jadi ini bagus sekali. Sebenarnya sebelum-sebelumnya saya ingin masuk FTI, awalnya saya tertarik dengan Teknik Fisika. Namun rencananya itu untuk SBMPTN, saya memang berencana gagal di SNMPTN sehingga saya hanya mengisi 1 dari 3 pilihan yaitu STEI ITB. Di SBMPTN ini saya masih mempermasalahkan pilihan. Pertama, anatara memilih STEI atau FTI di pilihan pertama. Kedua saya ingin FMIPA di pilihan 2 tapi tidak dianjurkan oleh lembaga tertentu sehingga saya tempatkan di pilihan ke tiga. Ketiga saya bingung mau pilih pilihan apa di pilihan kedua. Ada beberapa kandidat, yaitu  FTMD, SAPPK, dan FITB yang saya peroleh dari menonton video-video profil pengenalan fakultas-fakultas di ITB dari Youtube. Hanya dengan alasan saya pernah ikut OSN Kebumian walau hanya sampai tingkat provinsi, jadinya saya pilih FITB tanpa memikirkan kedepannya. Padahal inginnya saya menempatkan FTI dipilihan kedua, tapi atas dasar Passing Grade yang sama-sama tinggi antara STEI dan FTI saya korbankan salah satu. Inilah yang menimbulkan penyesalan bagi saya dikemudian hari.  Oh iya, jadi semua pilihan saya itu di ITB ketiganya, karena orang tua juga sebenarnya yang menginginkan saya masuk ITB. Uniknya saya tidak mencari info-info PTN lain, malah saya mencari PTS-PTS yang saya rencanakan untuk kuliah 1 tahun hingga SBMPTN tahun berikutnya dibuka.
Setelah pengumuman SBMPTN di umumkan, Alhamdulillah saya diterima di pilihan kedua, FITB, saya merasa senang, begitupun keluarga saya, bahkan masyarakat sekitar juga merasa senang entah mengapa. Saya merasa banyak orang lain mulai dari guru, tetangga, hingga warga sekitar mendukung saya masuk ITB. 
Setelah saya masuk ITB, hal yang paling membahagiakan ialah diawal masuknya, ketika penyambutan mahasiswa baru hingga beberapa bulan kemudian. Setelah itu kegiatan perkuliahan dimulai seperti seharusnya. Awalnya sulit, mungkin karena belum beradaptasi dengan lingkungan baru. Namun setelah berhasil melewati 1 tahun masa TPB, ternyata tidak begitu sulit. Hingga masa pemilihan jurusan pun tiba. Inilah masa-masa paling menyulitkan bagi saya selama di ITB ini, akibat tidak terlalu mementingkan jurusan yang diinginkan atau dalam arti lain yang penting masuk ITB, jujur saja saya bingung mau pilih apa. Saya merasa kurang berminat dengan jurusan-jurusan yang ada di Fakultas saya. Namun, karena waktu berputar begitu cepat disini relatif terhadap delta waktu di SMA, batas akhir pengisian penjurusan sudah menuju limit akhir. Akhirnya saya pilih jurusan yang paling unik di fakultas saya. Mungkin jurusan yang paling sedikit peminatnya untuk yang bukan peminatan, dalam arti lain kebanyakan yang memilih jurusan tersebut adalah mahasiswa yang benar-benar minat karena peminatan, dan mahasiswa yang tidak masuk lewat peminatan, jarang yang memilihnya. Karena pada saat itu pola pikir saya ialah berani berbeda, menjadi minoritas dan tidak mengikuti mayoritas, dan juga karena katanya lebih santai sehingga saya bisa belajar ilmu lain yang saya ingin pelajari secara autodidak, sehingga tak masalah saya pilih jurusan manapun.
(Saat ini saya sedang menunggu jurusan) 


Alasan saya ialah karena saya ingin menjadi ilmuwan, insinyur, dan penemu muslim ya ng jenius. Bukan hanya itu, saya juga ingin menjadi seorang artist , tapi bukan sebagai profesi. Saya ingin menjadi maestro dalam melukis dan bermain piano. Selain itu saya juga ingin jadi novelis dan animator, saya ingin bikin anime.